Bingung mencari contoh cerpen tema sahabat? Yuk, baca cerpen menggugah tema sahabat di bawah ini!
Membaca cerpen memang alternatif paling mudah untuk mengusir penat. Karena kegiatan tersebut tidak menyita waktu lama. Dengan waktu yang sempit Sahabat tetap bisa menghibur diri sendiri dengan membaca. Berikut ini contoh cerpen tema sahabat, diambil dari juara event cerpen tema sahabat Maya.
Untukmu Sahabat Mayaku
Oleh: Anna Noerhasanah
Sahabat adalah seseorang yang selalu ada di saat suka maupun duka. Senantiasa mendukung apa pun yang kita lakukan asal itu baik. Sahabat tak harus bertemu setiap waktu, tetapi komunikasi itu yang penting.
Terkadang, kita dapat menemukan seseorang yang tepat untuk dijadikan sahabat di mana saja. Bisa ketika bertemu di salah satu pusat perbelanjaan, toko buku, atau bahkan di facebook. Mungkinkah seseorang yang hanya berkenalan di facebook bisa menjadi sahabat karib? Bisa. Buktinya aku sekarang menjalin persahabatan maya, takdir yang telah mempertemukan. Walaupun sampai saat ini belum bisa bertemu di dunia nyata. Namun, bagiku rasanya tetap nyata.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih, aku bisa mendapat berbagai informasi melalui facebook. Seperti halnya, bisa bertemu dengan teman-teman lama waktu sekolah dulu, walau hanya bertemu via chat. Menyalurkan kesukaan membaca dan menulis di facebook, di salah satu grup kepenulisan.
Lalu, suatu hari tanpa sengaja aku menemukan seseakun. Namanya Derby. Tak pernah menyangka sebelumnya, ternyata dia seorang penulis yang terkenal. Penulis nomor satu di jagat maya. Dia idola semua orang. Aku pun meminta pertemanan padanya, tapi lama tak dikonfirmasi. Hingga kecewa karena merasa tak berharga di matanya.
Namun, aku berpikir positif, mungkin tenggelam. Sebab, dia banyak sekali penggemarnya. Walaupun belum diterima menjadi teman, tapi aku tetap menyukai gaya tulisannya. Setiap karyanya pasti kubaca. Hingga suatu saat aku memberanikan diri menulis komentar di postingannya. Hati berdebar tak karuan, ketika memencet tombol kirim. Rasanya seperti mau menghadapi ujian skripsi.
‘Wah ceritanya bagus, menginspirasi sekali.’ Komentarku pada tulisan Derby.
Kemudian meninggalkan lapaknya dan kembali fokus pada tulisanku. Tiba-tiba terdengar suara notif facebook, lalu membukanya, betapa bahagianya ketika komentarku dibalas oleh Derby.
‘Terima kasih, sudah mau membaca. Tumben komen.’
Aku tersenyum ketika membaca balasan komentarnya. Wah, ternyata selama ini dia mengharapkan kehadiran komentarku.
Sejak saat itu, kami sering berbalas komentar. Baik di lapaknya maupun di tempatku. Kemudian memintanya untuk menerima permintaan pertemananku. Ternyata memang benar, dia tak tahu kalau aku mengiriminya permintaan pertemanan, karena banyaknya yang ADD. Lalu kami pun mulai berteman, hingga akhirnya menjadi dekat. Sering chatting lewat messenger dan saling sharing seputar ilmu kepenulisan. Hati berbunga-bunga bisa bersahabat dengan seorang penulis profesional seperti dia.
Kami memang hanya berkomunikasi melalui facebook, tetapi sangat berharap bisa bertemu di dunia nyata. Aku menemukan banyak hal yang menyenangkan darinya. Sungguh, di antara kami memang banyak kecocokan. Entah, itu suatu kebetulan atau memang takdir yang mempertemukan.
Namun, ada kalanya rasa egois datang, sepertinya tak cukup jika kami hanya bertemu via facebook dan whatsApp. Ingin sekali bertatap muka dengannya. Menghabiskan waktu seharian bersamanya, tapi belum siap jika harus bertemu.
Hari terus berlalu dengan cepatnya dan kami semakin akrab saja. Berkat dia, aku lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya. Kehadirannya bisa memberi warna. Bahkan lebih sering bersama sahabat maya dibandingkan dengan teman-teman yang ada di dunia nyata. Karena lebih bisa menghargai dan mengerti. Selalu memberi semangat untuk menjalani kehidupan. Sampai membuat teman-teman di dunia nyata terlupakan.
“Eh, kamu kenapa sekarang berubah, sih?” tanya salah satu temanku.
“Berubah gimana?” tanyaku balik.
“Lebih sering mantengin HP.”
Aku terkekeh mendengar perkataannya. Setelah menjelaskan semuanya, barulah dia paham. Bahkan, ingin mengetahui Derby itu seperti apa.
“Yang jelas Derby berbeda dengan yang lain, dia seorang penulis hebat. Nggak sombong juga.” Aku menjelaskan panjang lebar pada Risa, teman di dunia nyata.
Derby memang berbeda dari yang lain. Dia mampu menghipnotis dan membuat orang-orang di alam maya jatuh cinta padanya. Semua karyanya senantiasa disukai oleh penghuni facebook. Beruntung sekali aku bisa bersahabat dengannya. Berkat Derby ilmu kepenulisanku bertambah. Dia sahabat sekaligus guru literasiku.
Sering dia mengajak meet up, tapi aku menolaknya. Rasanya belum sanggup bila harus bersua dengan Derby. Entah, meski sudah kenal lama di maya, tapi masih ada rasa keraguan. Walau memang dari lubuk hati yang paling dalam ingin sekali berjumpa dengannya.
‘Nin, ketemuan yuk.’ Chat dia via whatsapp.
Tanganku gemetar memegang ponsel ketika membaca chat darinya yang mengajak bertatap muka. Hanya membaca chat-nya saja sudah deg-degan, bagaimana jika berhadapan nanti?
‘Kapan-kapan aja, ya Der? Aku masih sibuk di duta.’ Aku membalasnya dengan disertai emot minta maaf.
‘Yah, penonton kecewa.’ Disertai emot menangis.
‘Nantilah, kalau aku sudah nggak sibuk. Tunggu aja waktu yang tepat.’ Aku memberi alasan supaya dia tidak kecewa.
‘Ok. Aku selalu menunggu.’ Dia membalas dengan memberi emot peluk.
Ah, kenapa membaca chat dia, dada berdebar tak karuan. Serasa ada getaran yang aneh di hati. Huff, aku sebal jika harus menaruh rasa pada sahabat sendiri.
‘Nin.’
‘Iya.’
‘Eemm … kalau suatu waktu ketemu nanti, kira-kira canggung nggak?’
‘Entah.’
‘Yaelah, singkat amat balasnya.’
Aku tersenyum membacanya. Memangnya mau dijawab bagaimana? Namun, aku tak jadi mengirimnya karena tampak ada tanda dia sedang menulis sesuatu. Hingga tak lama kemudian terkirimlah sebuah pesan darinya.
‘Gimana kalau ternyata setelah bertemu nanti hubungan kita jadi malah renggang? Apa kita bisa bertingkah seru seperti waktu chatting begini? Atau jangan-jangan nanti kita hanya saling terdiam?’
Ternyata apa yang ada dalam pikiranku sama dengan Derby. Mungkin inilah yang dinamakan sehati.
‘Entahlah, Der. Itulah yang kutakutkan, karena itu sebaiknya kita nggak usah bertemu dulu. Suatu saat nanti pasti bertemu.’ Aku menyertai emot peluk supaya dia tidak tersinggung.
‘Siap deh, sahabat mayaku yang paling imut.’ Dia memberikan emot cium.
Duh, Derby memang selalu membuatku baper dengan emot yang dikirimnya. Tanpa terasa malam telah larut, kami pun mengakhiri chattingan.
Aku mendesah pelan. Tentu banyak hal yang mengganggu pikiran, bagaimana nanti jika kami bertemu? Semua bayangan buruk berkelebat di depan mata. Takut jika setelah bertatap muka, kami tidak bisa akrab lagi. Mungkin memang sebaiknya tetap menjadi sahabat maya selamanya, itu akan lebih baik.
Aku selalu berdoa yang terbaik untuknya. Semoga senantiasa berada dalam lindungan-Nya. Sahabat maya terima kasih telah hadir dan mengisi hari-hariku dengan canda tawa. Meskipun hanya bersahabat di dunia maya dan tak pernah bertatap muka. Namun, rasa persahabatan ini nyata. Semoga selalu mendapat yang terbaik dalam hidupnya.
Bagaimana ceritanya? Temukan lebih banyak lagi cerita seru hanya di Writer Land. Selamat membaca dan terima kasih.
Baca juga :
Bolehkah Kita Bertengkar Seperti Dulu
Membaca cerpen memang alternatif paling mudah untuk mengusir penat. Karena kegiatan tersebut tidak menyita waktu lama. Dengan waktu yang sempit Sahabat tetap bisa menghibur diri sendiri dengan membaca. Berikut ini contoh cerpen tema sahabat, diambil dari juara event cerpen tema sahabat Maya.
Untukmu Sahabat Mayaku
Oleh: Anna Noerhasanah
Sahabat adalah seseorang yang selalu ada di saat suka maupun duka. Senantiasa mendukung apa pun yang kita lakukan asal itu baik. Sahabat tak harus bertemu setiap waktu, tetapi komunikasi itu yang penting.
Terkadang, kita dapat menemukan seseorang yang tepat untuk dijadikan sahabat di mana saja. Bisa ketika bertemu di salah satu pusat perbelanjaan, toko buku, atau bahkan di facebook. Mungkinkah seseorang yang hanya berkenalan di facebook bisa menjadi sahabat karib? Bisa. Buktinya aku sekarang menjalin persahabatan maya, takdir yang telah mempertemukan. Walaupun sampai saat ini belum bisa bertemu di dunia nyata. Namun, bagiku rasanya tetap nyata.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih, aku bisa mendapat berbagai informasi melalui facebook. Seperti halnya, bisa bertemu dengan teman-teman lama waktu sekolah dulu, walau hanya bertemu via chat. Menyalurkan kesukaan membaca dan menulis di facebook, di salah satu grup kepenulisan.
Lalu, suatu hari tanpa sengaja aku menemukan seseakun. Namanya Derby. Tak pernah menyangka sebelumnya, ternyata dia seorang penulis yang terkenal. Penulis nomor satu di jagat maya. Dia idola semua orang. Aku pun meminta pertemanan padanya, tapi lama tak dikonfirmasi. Hingga kecewa karena merasa tak berharga di matanya.
Namun, aku berpikir positif, mungkin tenggelam. Sebab, dia banyak sekali penggemarnya. Walaupun belum diterima menjadi teman, tapi aku tetap menyukai gaya tulisannya. Setiap karyanya pasti kubaca. Hingga suatu saat aku memberanikan diri menulis komentar di postingannya. Hati berdebar tak karuan, ketika memencet tombol kirim. Rasanya seperti mau menghadapi ujian skripsi.
‘Wah ceritanya bagus, menginspirasi sekali.’ Komentarku pada tulisan Derby.
Kemudian meninggalkan lapaknya dan kembali fokus pada tulisanku. Tiba-tiba terdengar suara notif facebook, lalu membukanya, betapa bahagianya ketika komentarku dibalas oleh Derby.
‘Terima kasih, sudah mau membaca. Tumben komen.’
Aku tersenyum ketika membaca balasan komentarnya. Wah, ternyata selama ini dia mengharapkan kehadiran komentarku.
Sejak saat itu, kami sering berbalas komentar. Baik di lapaknya maupun di tempatku. Kemudian memintanya untuk menerima permintaan pertemananku. Ternyata memang benar, dia tak tahu kalau aku mengiriminya permintaan pertemanan, karena banyaknya yang ADD. Lalu kami pun mulai berteman, hingga akhirnya menjadi dekat. Sering chatting lewat messenger dan saling sharing seputar ilmu kepenulisan. Hati berbunga-bunga bisa bersahabat dengan seorang penulis profesional seperti dia.
Kami memang hanya berkomunikasi melalui facebook, tetapi sangat berharap bisa bertemu di dunia nyata. Aku menemukan banyak hal yang menyenangkan darinya. Sungguh, di antara kami memang banyak kecocokan. Entah, itu suatu kebetulan atau memang takdir yang mempertemukan.
Namun, ada kalanya rasa egois datang, sepertinya tak cukup jika kami hanya bertemu via facebook dan whatsApp. Ingin sekali bertatap muka dengannya. Menghabiskan waktu seharian bersamanya, tapi belum siap jika harus bertemu.
Hari terus berlalu dengan cepatnya dan kami semakin akrab saja. Berkat dia, aku lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya. Kehadirannya bisa memberi warna. Bahkan lebih sering bersama sahabat maya dibandingkan dengan teman-teman yang ada di dunia nyata. Karena lebih bisa menghargai dan mengerti. Selalu memberi semangat untuk menjalani kehidupan. Sampai membuat teman-teman di dunia nyata terlupakan.
“Eh, kamu kenapa sekarang berubah, sih?” tanya salah satu temanku.
“Berubah gimana?” tanyaku balik.
“Lebih sering mantengin HP.”
Aku terkekeh mendengar perkataannya. Setelah menjelaskan semuanya, barulah dia paham. Bahkan, ingin mengetahui Derby itu seperti apa.
“Yang jelas Derby berbeda dengan yang lain, dia seorang penulis hebat. Nggak sombong juga.” Aku menjelaskan panjang lebar pada Risa, teman di dunia nyata.
Derby memang berbeda dari yang lain. Dia mampu menghipnotis dan membuat orang-orang di alam maya jatuh cinta padanya. Semua karyanya senantiasa disukai oleh penghuni facebook. Beruntung sekali aku bisa bersahabat dengannya. Berkat Derby ilmu kepenulisanku bertambah. Dia sahabat sekaligus guru literasiku.
Sering dia mengajak meet up, tapi aku menolaknya. Rasanya belum sanggup bila harus bersua dengan Derby. Entah, meski sudah kenal lama di maya, tapi masih ada rasa keraguan. Walau memang dari lubuk hati yang paling dalam ingin sekali berjumpa dengannya.
‘Nin, ketemuan yuk.’ Chat dia via whatsapp.
Tanganku gemetar memegang ponsel ketika membaca chat darinya yang mengajak bertatap muka. Hanya membaca chat-nya saja sudah deg-degan, bagaimana jika berhadapan nanti?
‘Kapan-kapan aja, ya Der? Aku masih sibuk di duta.’ Aku membalasnya dengan disertai emot minta maaf.
‘Yah, penonton kecewa.’ Disertai emot menangis.
‘Nantilah, kalau aku sudah nggak sibuk. Tunggu aja waktu yang tepat.’ Aku memberi alasan supaya dia tidak kecewa.
‘Ok. Aku selalu menunggu.’ Dia membalas dengan memberi emot peluk.
Ah, kenapa membaca chat dia, dada berdebar tak karuan. Serasa ada getaran yang aneh di hati. Huff, aku sebal jika harus menaruh rasa pada sahabat sendiri.
‘Nin.’
‘Iya.’
‘Eemm … kalau suatu waktu ketemu nanti, kira-kira canggung nggak?’
‘Entah.’
‘Yaelah, singkat amat balasnya.’
Aku tersenyum membacanya. Memangnya mau dijawab bagaimana? Namun, aku tak jadi mengirimnya karena tampak ada tanda dia sedang menulis sesuatu. Hingga tak lama kemudian terkirimlah sebuah pesan darinya.
‘Gimana kalau ternyata setelah bertemu nanti hubungan kita jadi malah renggang? Apa kita bisa bertingkah seru seperti waktu chatting begini? Atau jangan-jangan nanti kita hanya saling terdiam?’
Ternyata apa yang ada dalam pikiranku sama dengan Derby. Mungkin inilah yang dinamakan sehati.
‘Entahlah, Der. Itulah yang kutakutkan, karena itu sebaiknya kita nggak usah bertemu dulu. Suatu saat nanti pasti bertemu.’ Aku menyertai emot peluk supaya dia tidak tersinggung.
‘Siap deh, sahabat mayaku yang paling imut.’ Dia memberikan emot cium.
Duh, Derby memang selalu membuatku baper dengan emot yang dikirimnya. Tanpa terasa malam telah larut, kami pun mengakhiri chattingan.
Aku mendesah pelan. Tentu banyak hal yang mengganggu pikiran, bagaimana nanti jika kami bertemu? Semua bayangan buruk berkelebat di depan mata. Takut jika setelah bertatap muka, kami tidak bisa akrab lagi. Mungkin memang sebaiknya tetap menjadi sahabat maya selamanya, itu akan lebih baik.
Aku selalu berdoa yang terbaik untuknya. Semoga senantiasa berada dalam lindungan-Nya. Sahabat maya terima kasih telah hadir dan mengisi hari-hariku dengan canda tawa. Meskipun hanya bersahabat di dunia maya dan tak pernah bertatap muka. Namun, rasa persahabatan ini nyata. Semoga selalu mendapat yang terbaik dalam hidupnya.
***
--Selesai--
Bagaimana ceritanya? Temukan lebih banyak lagi cerita seru hanya di Writer Land. Selamat membaca dan terima kasih.
Baca juga :
Bolehkah Kita Bertengkar Seperti Dulu
Komentar
Posting Komentar