Yuk, baca kumpulan sajak tulus dari seorang penyair besar Indonesia W.S. Rendra untuk cerminan diri!
W.S. Rendra adalah salah satu sastrawan terbaik Indonesia. Ia telah menciptakan banyak karya dari berbagai genre sastra salah satunya puisi. Beliau menggunakan sastra sebagai senjata dan bentuk perjuangan. Sebagian besar karyanya adalah kritikan bagi pemerintah dan menceritakan orang-orang yang tertindas.
Kumpulan Sajak Rendra 'Burung Merak'
Karya-karya beliau terkesan apik dan tulus. Berikut adalah kumpulan puisi-puisi apik W.S Rendra:
SAJAK ORANG LAPAR
Kelaparan adalah burung gagak yang licik
dan hitam
Jutaan burung-burung gagak bagai
Awan yang hitam
O Allah !
Burung gagak menakutkan
dan kelaparan adalah burung gagak selalu menakutkan
Kelaparan adalah pemberontakan adalah penggerak gaib
Dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
Kelaparan adalah batu-batu karang di bawah wajah laut yang tidur adalah mata air
Penipuan adalah pengkhianatan kehormatan
Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu melihat bagaimana tangannya sendiri
Meletakkan kehormatannya di tanah karena kelaparan
Kelaparan adalah iblis
Kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran
O Allah !
Kelaparan adalah tangan-tangan hitam yang
Memasukkan segenggam tawas ke dalam perut para miskin
O Allah! Kami berlutut
Mata kami adalah mata Mu
Ini juga mulut Mu
Ini juga hati Mu
Dan ini juga perut Mu
Perut Mu lapar, ya Allah
Perut Mu menggenggam tawas dan Pecahan-pecahan gelas kaca
O Allah !
Betapa indahnya sepiring nasi panas semangkuk
Sup dan segelas kopi hitam
O Allah !
Kelaparan adalah burung gagak
Jutaan burung gagak
Bagai awan yang hitam Menghalang pandangku ke
Surga Mu
dan hitam
Jutaan burung-burung gagak bagai
Awan yang hitam
O Allah !
Burung gagak menakutkan
dan kelaparan adalah burung gagak selalu menakutkan
Kelaparan adalah pemberontakan adalah penggerak gaib
Dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
Kelaparan adalah batu-batu karang di bawah wajah laut yang tidur adalah mata air
Penipuan adalah pengkhianatan kehormatan
Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu melihat bagaimana tangannya sendiri
Meletakkan kehormatannya di tanah karena kelaparan
Kelaparan adalah iblis
Kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran
O Allah !
Kelaparan adalah tangan-tangan hitam yang
Memasukkan segenggam tawas ke dalam perut para miskin
O Allah! Kami berlutut
Mata kami adalah mata Mu
Ini juga mulut Mu
Ini juga hati Mu
Dan ini juga perut Mu
Perut Mu lapar, ya Allah
Perut Mu menggenggam tawas dan Pecahan-pecahan gelas kaca
O Allah !
Betapa indahnya sepiring nasi panas semangkuk
Sup dan segelas kopi hitam
O Allah !
Kelaparan adalah burung gagak
Jutaan burung gagak
Bagai awan yang hitam Menghalang pandangku ke
Surga Mu
SAJAK SEBATANG LISONG
Menghisap sebatang lisong melihat
Indonesia Raya mendengar 130
juta rakyat dan di langit
dua tiga cukong mengangkang
berak di atas kepala mereka
Matahari terbit fajar tiba
dan aku melihat delapan juta
Kanak - kanak tanpa pendidikan
Aku bertanya
Tetapi pertanyaan - pertanyaanku membentur meja
kekuasaan yang macet
Dan papantulis - papantulis
para pendidik yang terlepas
dari persoalan kehidupan
Delapan juta kanak - kanak
Menghadapi satu jalan panjang tanpa pilihan
Tanpa pepohonan
Tanpa dangau persinggahan
Tanpa ada bayangan ujungnya
Menghisap udara
yang disemprot deodorant
Aku melihat sarjana - sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya
Aku melihat wanita bunting
antri uang pensiunan
Dan di langit
para teknokrat berkata :
bahwa bangsa kita adalah malas
bahwa bangsa mesti dibangun
mesti di up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor
Gunung - gunung menjulang
Langit pesta warna di dalam senjakala
dan aku melihat
Protes - protes yang terpendam
Terhimpit di bawah tilam
Aku bertanya
Tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair - penyair salon
yang bersajak tentang anggur dan rembulan
Sementara ketidak adilan
terjadi disampingnya dan delapan juta kanak - kanak
tanpa pendidikan termangu - mangu di kaki dewi kesenian
Bunga - bunga bangsa tahun depan berkunang - kunang
Pandang matanya di bawah iklan berlampu neon
Berjuta - juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau
menjadi karang di bawah muka samudra
Kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asing
Diktat - diktat hanya boleh memberi metode
Tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan
Kita mesti keluar ke jalan raya
Keluar ke desa - desa mencatat sendiri semua gejala
dan menghayati persoalan yang nyata
Inilah sajakku pamplet masa darurat
Apakah artinya kesenian
bila terpisah dari derita lingkungan
Apakah artinya berpikir
Bila terpisah dari masalah kehidupan
Indonesia Raya mendengar 130
juta rakyat dan di langit
dua tiga cukong mengangkang
berak di atas kepala mereka
Matahari terbit fajar tiba
dan aku melihat delapan juta
Kanak - kanak tanpa pendidikan
Aku bertanya
Tetapi pertanyaan - pertanyaanku membentur meja
kekuasaan yang macet
Dan papantulis - papantulis
para pendidik yang terlepas
dari persoalan kehidupan
Delapan juta kanak - kanak
Menghadapi satu jalan panjang tanpa pilihan
Tanpa pepohonan
Tanpa dangau persinggahan
Tanpa ada bayangan ujungnya
Menghisap udara
yang disemprot deodorant
Aku melihat sarjana - sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya
Aku melihat wanita bunting
antri uang pensiunan
Dan di langit
para teknokrat berkata :
bahwa bangsa kita adalah malas
bahwa bangsa mesti dibangun
mesti di up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor
Gunung - gunung menjulang
Langit pesta warna di dalam senjakala
dan aku melihat
Protes - protes yang terpendam
Terhimpit di bawah tilam
Aku bertanya
Tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair - penyair salon
yang bersajak tentang anggur dan rembulan
Sementara ketidak adilan
terjadi disampingnya dan delapan juta kanak - kanak
tanpa pendidikan termangu - mangu di kaki dewi kesenian
Bunga - bunga bangsa tahun depan berkunang - kunang
Pandang matanya di bawah iklan berlampu neon
Berjuta - juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau
menjadi karang di bawah muka samudra
Kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asing
Diktat - diktat hanya boleh memberi metode
Tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan
Kita mesti keluar ke jalan raya
Keluar ke desa - desa mencatat sendiri semua gejala
dan menghayati persoalan yang nyata
Inilah sajakku pamplet masa darurat
Apakah artinya kesenian
bila terpisah dari derita lingkungan
Apakah artinya berpikir
Bila terpisah dari masalah kehidupan
SANGKAR RAJAWALI
Sebuah sangkar besi
Tidak bisa mengubah rajawali
menjadi seekor burung nuri
Rajawali adalah pacar langit dan di dalam
sangkar besi rajawali merasa pasti
Bahwa langit akan selalu menanti
Langit tanpa rajawali
Adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma tujuh langit,
Tujuh rajawali
Tujuh cakrawala, tujuh pengembara
Rajawali terbang tinggi memasuki sepi
Memandang dunia
Rajawali di sangkar besi
Duduk bertapa mengolah
Hidupnya
Hidup adalah merjan-merjan kemungkinan yang
Terjadi dari keringat matahari
Tanpa kemantapan hati rajawali
Mata kita hanya melihat matamorgana
Rajawali terbang tinggi membela
Langit dengan setia
Dan ia akan mematuk kedua matamu wahai, kamu,
Pencemar langit yang durhaka
Tidak bisa mengubah rajawali
menjadi seekor burung nuri
Rajawali adalah pacar langit dan di dalam
sangkar besi rajawali merasa pasti
Bahwa langit akan selalu menanti
Langit tanpa rajawali
Adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma tujuh langit,
Tujuh rajawali
Tujuh cakrawala, tujuh pengembara
Rajawali terbang tinggi memasuki sepi
Memandang dunia
Rajawali di sangkar besi
Duduk bertapa mengolah
Hidupnya
Hidup adalah merjan-merjan kemungkinan yang
Terjadi dari keringat matahari
Tanpa kemantapan hati rajawali
Mata kita hanya melihat matamorgana
Rajawali terbang tinggi membela
Langit dengan setia
Dan ia akan mematuk kedua matamu wahai, kamu,
Pencemar langit yang durhaka
SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA
Matahari terbit pagi ini
Mencium bau kencing orok di kaki langit
Melihat kali coklat menjalar ke lautan dan
mendengar dengung di dalam hutan
Lalu kini ia dua penggalah tingginya
Dan ia menjadi saksi kita berkumpul
Disini memeriksa keadaan
Kita bertanya:
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna
Kenapa maksud baik bisa berlaga orang
Berkata : "kami ada maksud baik"
dan kita bertanya : "maksud baik untuk siapa ?"
ya !
Ada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka
Ada yang duduk, ada yang diduduki
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras
Dan kita disini bertanya :
"Maksud baik saudara untuk siapa? Saudara berdiri di pihak yang mana ?"
Kenapa maksud baik dilakukan
Tetapi makin banyak petani kehilangan tanahnya
Tanah - tanah di gunung telah dimiliki orang - orang
Kota perkebunan yang luas
Hanya menguntungkan segolongan kecil saja
Alat - alat kemajuan yang diimpor
Tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya
Tentu, kita bertanya:
"Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?"
Sekarang matahari semakin tinggi
Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala
Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya:
Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
Ilmu - ilmu diajarkan disini
Akan menjadi alat pembebasan ataukah alat penindasan ?
Sebentar lagi matahari akan tenggelam
Malam akan tiba
Cicak - cicak berbunyi di tembok
Dan rembulan berlayar
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda
Akan hidup di dalam mimpi
Akan tumbuh di kebon belakang
Dan esok hari
Matahari akan terbit kembali
Sementara hari baru menjelma
Pertanyaan - pertanyaan kita menjadi hutan
Atau masuk ke sungai
Menjadi ombak di samudra
Di bawah matahari ini kita bertanya:
Ada yang menangis, ada yang mendera
Ada yang habis, ada yang mengikis
Dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana !
Mencium bau kencing orok di kaki langit
Melihat kali coklat menjalar ke lautan dan
mendengar dengung di dalam hutan
Lalu kini ia dua penggalah tingginya
Dan ia menjadi saksi kita berkumpul
Disini memeriksa keadaan
Kita bertanya:
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna
Kenapa maksud baik bisa berlaga orang
Berkata : "kami ada maksud baik"
dan kita bertanya : "maksud baik untuk siapa ?"
ya !
Ada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka
Ada yang duduk, ada yang diduduki
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras
Dan kita disini bertanya :
"Maksud baik saudara untuk siapa? Saudara berdiri di pihak yang mana ?"
Kenapa maksud baik dilakukan
Tetapi makin banyak petani kehilangan tanahnya
Tanah - tanah di gunung telah dimiliki orang - orang
Kota perkebunan yang luas
Hanya menguntungkan segolongan kecil saja
Alat - alat kemajuan yang diimpor
Tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya
Tentu, kita bertanya:
"Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?"
Sekarang matahari semakin tinggi
Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala
Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya:
Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
Ilmu - ilmu diajarkan disini
Akan menjadi alat pembebasan ataukah alat penindasan ?
Sebentar lagi matahari akan tenggelam
Malam akan tiba
Cicak - cicak berbunyi di tembok
Dan rembulan berlayar
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda
Akan hidup di dalam mimpi
Akan tumbuh di kebon belakang
Dan esok hari
Matahari akan terbit kembali
Sementara hari baru menjelma
Pertanyaan - pertanyaan kita menjadi hutan
Atau masuk ke sungai
Menjadi ombak di samudra
Di bawah matahari ini kita bertanya:
Ada yang menangis, ada yang mendera
Ada yang habis, ada yang mengikis
Dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana !
AKU TULIS PAMPLET INI
Aku tulis pamplet ini
Karena lembaga pendapat umum
Ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
Dan ungkapan diri ditekan
Menjadi peng-iya-an
Apa yang terpegang hari ini
Bisa luput besok pagi
Ketidak pastian merajalela
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki,
Menjadi marabahaya,
Menjadi isi kebon binatang
Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi
Maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan
Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan
Aku tulis pamplet ini
Karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore
Di tanganku aku ingin membuat isyarat asap kaum indian
Aku tidak melihat alasan
Kenapa harus diam tertekan dan termangu
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar
Duduk berdebat menyatakan setuju atau tidak setuju
Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka
Matahari menyinari airmata
yang berderai menjadi api rembulan
Memberi mimpi pada dendam
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah
yang teronggok bagai sampah kegamangan
Kecurigaan ketakutan kelesuan
Aku tulis pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya
Matahari yang tenggelam diganti rembulan
Lalu besok pagi pasti terbit kembali
Dan di dalam air lumpur kehidupan
Aku melihat bagai terkaca:
Ternyata kita, toh, manusia !
Karena lembaga pendapat umum
Ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
Dan ungkapan diri ditekan
Menjadi peng-iya-an
Apa yang terpegang hari ini
Bisa luput besok pagi
Ketidak pastian merajalela
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki,
Menjadi marabahaya,
Menjadi isi kebon binatang
Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi
Maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan
Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan
Aku tulis pamplet ini
Karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore
Di tanganku aku ingin membuat isyarat asap kaum indian
Aku tidak melihat alasan
Kenapa harus diam tertekan dan termangu
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar
Duduk berdebat menyatakan setuju atau tidak setuju
Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka
Matahari menyinari airmata
yang berderai menjadi api rembulan
Memberi mimpi pada dendam
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah
yang teronggok bagai sampah kegamangan
Kecurigaan ketakutan kelesuan
Aku tulis pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya
Matahari yang tenggelam diganti rembulan
Lalu besok pagi pasti terbit kembali
Dan di dalam air lumpur kehidupan
Aku melihat bagai terkaca:
Ternyata kita, toh, manusia !
KANGEN
Kau tak akan mengerti
Bagaimana kesepianku
Menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
Kau tak akan mengerti
Segala lukaku
Karena luka telah sembunyikan pisaunya.
Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen
dan sepi itulah berarti
Aku tungku tanpa api.
Bagaimana kesepianku
Menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
Kau tak akan mengerti
Segala lukaku
Karena luka telah sembunyikan pisaunya.
Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen
dan sepi itulah berarti
Aku tungku tanpa api.
PEREMPUAN YANG TERGUSUR
Hujan lebat turun di hulu subuh disertai angin gemuruh
yang menerbangkan mimpi
yang lalu tersangkut di ranting pohon
Aku terjaga dan termangu menatap rak buku-buku
mendengar hujan menghajar dinding rumah kayuku.
Tiba-tiba pikiran mengganti mimpi dan lalu terbayanglah wajahmu, wahai perempupan yang tergusur!
Tanpa pilihan
ibumu mati ketika kamu bayi
dan kamu tak pernah tahu siapa ayahmu. Kamu diasuh nenekmu yang miskin di desa.
Umur enam belas kamu dibawa ke kota oleh sopir taxi yang mengawinimu.
Karena suka berjudi
ia menambah penghasilan sebagai germo.
Ia paksa kamu jadi primadona pelacurnya. Bila kamu ragu dan murung,
lalu kurang setoran kamu berikan, ia memukul kamu babak belur.
Tapi kemudian ia mati ditembak tentara ketika ikut demontrasi politik
sebagai demonstran bayaran.
Sebagai janda yang pelacur kamu tinggal di gubuk tepi kali dibatas kota
Gubernur dan para anggota DPRD menggolongkanmu sebagai tikus got yang mengganggu peradaban.
Di dalam hukum positif tempatmu tidak ada.
Jadi kamu digusur.
Didalam hujuan lebat pagi ini
apakah kamu lagi berjalan tanpa tujuan sambhil memeluk kantong plastik
yang berisi sisa hartamu?
Ataukah berteduh di bawah jembatan?
Impian dan usaha
bagai tata rias yang luntur oleh hujan mengotori wajahmu.
kamu tidak merdeka.
Kamu adalah korban tenung keadaan.
Keadilan terletak diseberang highway yang bebahaya yang tak mungkin kamu seberangi.
Aku tak tahu cara seketika untuk membelamu. Tetapi aku memihak kepadamu.
Dengan sajak ini bolehkan aku menyusut keringat dingin di jidatmu?
O,cendawan peradaban! O, teka-teki keadilan!
Waktu berjalan satu arah saja. Tetapi ia bukan garis lurus.
Ia penuh kelokan yang mengejutkan, gunung dan jurang yang mengecilkan hati,
Setiap kali kamu lewati kelokan yang berbahaya puncak penderitaan yang menyakitkan hati,
atau tiba di dasar jurang yang berlimbah lelah,
selalu kamu dapati kedudukan yang tak berubah,
ialah kedudukan kaum terhina.
Tapi aku kagum pada daya tahanmu,
pada caramu menikmati setiap kesempatan,
pada kemampuanmu berdamai dengan dunia,
pada kemampuanmu berdamai dengan diri sendiri,
dan caramu merawat selimut dengan hati-hati.
Ternyata di gurun pasir kehidupan yang penuh bencana
semak yang berduri bisa juga berbunga.
Menyaksikan kamu tertawa
karena melihat ada kelucuan di dalam ironi,
diam-diam aku memuja kamu di hati ini.
yang menerbangkan mimpi
yang lalu tersangkut di ranting pohon
Aku terjaga dan termangu menatap rak buku-buku
mendengar hujan menghajar dinding rumah kayuku.
Tiba-tiba pikiran mengganti mimpi dan lalu terbayanglah wajahmu, wahai perempupan yang tergusur!
Tanpa pilihan
ibumu mati ketika kamu bayi
dan kamu tak pernah tahu siapa ayahmu. Kamu diasuh nenekmu yang miskin di desa.
Umur enam belas kamu dibawa ke kota oleh sopir taxi yang mengawinimu.
Karena suka berjudi
ia menambah penghasilan sebagai germo.
Ia paksa kamu jadi primadona pelacurnya. Bila kamu ragu dan murung,
lalu kurang setoran kamu berikan, ia memukul kamu babak belur.
Tapi kemudian ia mati ditembak tentara ketika ikut demontrasi politik
sebagai demonstran bayaran.
Sebagai janda yang pelacur kamu tinggal di gubuk tepi kali dibatas kota
Gubernur dan para anggota DPRD menggolongkanmu sebagai tikus got yang mengganggu peradaban.
Di dalam hukum positif tempatmu tidak ada.
Jadi kamu digusur.
Didalam hujuan lebat pagi ini
apakah kamu lagi berjalan tanpa tujuan sambhil memeluk kantong plastik
yang berisi sisa hartamu?
Ataukah berteduh di bawah jembatan?
Impian dan usaha
bagai tata rias yang luntur oleh hujan mengotori wajahmu.
kamu tidak merdeka.
Kamu adalah korban tenung keadaan.
Keadilan terletak diseberang highway yang bebahaya yang tak mungkin kamu seberangi.
Aku tak tahu cara seketika untuk membelamu. Tetapi aku memihak kepadamu.
Dengan sajak ini bolehkan aku menyusut keringat dingin di jidatmu?
O,cendawan peradaban! O, teka-teki keadilan!
Waktu berjalan satu arah saja. Tetapi ia bukan garis lurus.
Ia penuh kelokan yang mengejutkan, gunung dan jurang yang mengecilkan hati,
Setiap kali kamu lewati kelokan yang berbahaya puncak penderitaan yang menyakitkan hati,
atau tiba di dasar jurang yang berlimbah lelah,
selalu kamu dapati kedudukan yang tak berubah,
ialah kedudukan kaum terhina.
Tapi aku kagum pada daya tahanmu,
pada caramu menikmati setiap kesempatan,
pada kemampuanmu berdamai dengan dunia,
pada kemampuanmu berdamai dengan diri sendiri,
dan caramu merawat selimut dengan hati-hati.
Ternyata di gurun pasir kehidupan yang penuh bencana
semak yang berduri bisa juga berbunga.
Menyaksikan kamu tertawa
karena melihat ada kelucuan di dalam ironi,
diam-diam aku memuja kamu di hati ini.
MAKNA SEBUAH TITIPAN
Sering kali aku berkata,
Ketika orang memuji milikku,
Bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
Bahwa mobilku hanya titipan Nya,
Bahwa rumahku hanya titipan Nya,
Bahwa hartaku hanya titipan Nya,
Bahwa putraku hanya titipan Nya,
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
Mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku,
Apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh- Nya ?
Ketika diminta kembali,
Kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian,
Kusebut itu sebagai petaka,
Kusebut dengan panggilan apa saja
untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa,
Kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
Aku ingin lebih banyak harta,
Ingin lebih banyak mobil,
Lebih banyak rumah,
Lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
Kutolak kemiskinan,
Seolah "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
dan menolak keputusanNya
yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...
"Ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan sama saja"
Lalu aku pun tersipu
meskipun tahu
itu tak perlu
Ketika orang memuji milikku,
Bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
Bahwa mobilku hanya titipan Nya,
Bahwa rumahku hanya titipan Nya,
Bahwa hartaku hanya titipan Nya,
Bahwa putraku hanya titipan Nya,
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
Mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku,
Apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh- Nya ?
Ketika diminta kembali,
Kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian,
Kusebut itu sebagai petaka,
Kusebut dengan panggilan apa saja
untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa,
Kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
Aku ingin lebih banyak harta,
Ingin lebih banyak mobil,
Lebih banyak rumah,
Lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
Kutolak kemiskinan,
Seolah "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
dan menolak keputusanNya
yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...
"Ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan sama saja"
Lalu aku pun tersipu
meskipun tahu
itu tak perlu
MANCURIA
Di padang-padang yang luas
kuda-kuda liar berpacu
Rindu dan tuju selalu berpacu
Di rumput-rumput yang tinggi
angin menggosokkan punggungnya yang gatal
Di padang yang luas aku ditantang
Hujan turun di atas padang
Wahai, badai dan hujan di atas padang!
Dan di cakrawala, di dalam hujan
kulihat diriku yang dulu hilang
kuda-kuda liar berpacu
Rindu dan tuju selalu berpacu
Di rumput-rumput yang tinggi
angin menggosokkan punggungnya yang gatal
Di padang yang luas aku ditantang
Hujan turun di atas padang
Wahai, badai dan hujan di atas padang!
Dan di cakrawala, di dalam hujan
kulihat diriku yang dulu hilang
KUPANGGIL NAMAMU
Sambil menyeberangi sepi
kupanggil namamu, wanitaku
Apakah kau tak mendengarku?
Malam yang berkeluh kesah
memeluk jiwaku yang payah
yang resah
kerna memberontak terhadap rumah
memberontak terhadap adat yang latah
dan akhirnya tergoda cakrawala.
Sia-sia kucari pancaran sinar matamu.
Ingin kuingat lagi bau tubuhmu
yang kini sudah kulupa.
Sia-sia
Tak ada yang bisa kujangkau
Sempurnalah kesepianku.
Angin pemberontakan
menyerang langit dan bumi.
Dan dua belas ekor serigala
muncul dari masa silam
merobek-robek hatiku yang celaka.
Berulang kali kupanggil namamu
Di manakah engkau, wanitaku?
Apakah engkau juga menjadi masa silamku?
Kupanggil namamu.
Kupanggil namamu.
Kerna engkau rumah di lembah.
Dan Tuhan ?
Tuhan adalah seniman tak terduga
yang selalu sebagai sediakala
hanya memperdulikan hal yang besar saja.
Seribu jari dari masa silam
menuding kepadaku.
Tidak
Aku tak bisa kembali.
Sambil terus memanggil namamu
amarah pemberontakanku yang suci
bangkit dengan perkasa malam ini
dan menghamburkan diri ke cakrawala
yang sebagai gadis telanjang
membukakan diri padaku
Penuh. Dan Prawan.
Keheningan sesudah itu
sebagai telaga besar yang beku
dan aku pun beku di tepinya.
Wajahku. Lihatlah, wajahku.
Terkaca di keheningan.
Berdarah dan luka-luka
dicakar masa silamku.
kupanggil namamu, wanitaku
Apakah kau tak mendengarku?
Malam yang berkeluh kesah
memeluk jiwaku yang payah
yang resah
kerna memberontak terhadap rumah
memberontak terhadap adat yang latah
dan akhirnya tergoda cakrawala.
Sia-sia kucari pancaran sinar matamu.
Ingin kuingat lagi bau tubuhmu
yang kini sudah kulupa.
Sia-sia
Tak ada yang bisa kujangkau
Sempurnalah kesepianku.
Angin pemberontakan
menyerang langit dan bumi.
Dan dua belas ekor serigala
muncul dari masa silam
merobek-robek hatiku yang celaka.
Berulang kali kupanggil namamu
Di manakah engkau, wanitaku?
Apakah engkau juga menjadi masa silamku?
Kupanggil namamu.
Kupanggil namamu.
Kerna engkau rumah di lembah.
Dan Tuhan ?
Tuhan adalah seniman tak terduga
yang selalu sebagai sediakala
hanya memperdulikan hal yang besar saja.
Seribu jari dari masa silam
menuding kepadaku.
Tidak
Aku tak bisa kembali.
Sambil terus memanggil namamu
amarah pemberontakanku yang suci
bangkit dengan perkasa malam ini
dan menghamburkan diri ke cakrawala
yang sebagai gadis telanjang
membukakan diri padaku
Penuh. Dan Prawan.
Keheningan sesudah itu
sebagai telaga besar yang beku
dan aku pun beku di tepinya.
Wajahku. Lihatlah, wajahku.
Terkaca di keheningan.
Berdarah dan luka-luka
dicakar masa silamku.
KENANGAN DAN KESEPIAN
Rumah tua
dan pagar batu.
Langit di desa
sawah dan bambu.
Berkenalan dengan sepi
pada kejemuan disandarkan dirinya.
Jalanan berdebu tak berhati
lewat nasib menatapnya.
Cinta yang datang
burung tak tergenggam.
Batang baja waktu lengang
dari belakang menikam.
Rumah tua
dan pagar batu.
Kenangan lama
dan sepi yang syahdu.
Rumah tua
dan pagar batu.
Langit di desa
sawah dan bambu.
Berkenalan dengan sepi
pada kejemuan disandarkan dirinya.
Jalanan berdebu tak berhati
lewat nasib menatapnya.
Cinta yang datang
burung tak tergenggam.
Batang baja waktu lengang
dari belakang menikam.
Rumah tua
dan pagar batu.
Kenangan lama
dan sepi yang syahdu.
MATA ANJING
Mata anjing penuh sinar nafsu maling.
Bila malam jahat di langit penuh mata anjing.
Sorot mata penuh duga dan cedera
maksud-maksud dalam kedok dan kata bermakna dua.
Mata anjing muncul di malam tak terelakkan.
Mata anjing menatap dengan rahasia tanpa ungkapan.
Wahai, Gadis yang tak kucinta dan menangis berguling
dalam ciuman kulihat padamu dua sorot mata anjing.
Mata anjing penuh sinar nafsu maling.
Bila malam jahat di langit penuh mata anjing.
Sorot mata penuh duga dan cedera
maksud-maksud dalam kedok dan kata bermakna dua.
Mata anjing muncul di malam tak terelakkan.
Mata anjing menatap dengan rahasia tanpa ungkapan.
Wahai, Gadis yang tak kucinta dan menangis berguling
dalam ciuman kulihat padamu dua sorot mata anjing.
PESAN PENCOPET KEPADA PACARNYA
Sitti,
kini aku makin ngerti keadaanmu
Tak ‘kan lagi aku membujukmu
untuk nikah padaku
dan lari dari lelaki yang miaramu
Nasibmu sudah lumayan
Dari babu dari selir kepala jawatan
Apalagi?
Nikah padaku merusak keberuntungan
Masa depanku terang repot
Sebagai copet nasibku untung-untungan
Ini bukan ngesah
Tapi aku memang bukan bapak yang baik
untuk bayi yang lagi kau kandung
Cintamu padaku tak pernah kusangsikan
Tapi cinta cuma nomor dua
Nomor satu carilah keslametan
Hati kita mesti ikhlas
berjuang untuk masa depan anakmu
Janganlah tangguh-tangguh menipu lelakimu
Kuraslah hartanya
Supaya hidupmu nanti sentosa
Sebagai kepala jawatan lelakimu normal
suka disogok dan suka korupsi
Bila ia ganti kau tipu
itu sudah jamaknya
Maling menipu maling itu biasa
Lagi pula
di masyarakat maling kehormatan cuma gincu
Yang utama kelicinan
Nomor dua keberanian
Nomor tiga keuletan
Nomor empat ketegasan, biarpun dalam berdusta
Inilah ilmu hidup masyarakat maling
Jadi janganlah ragu-ragu
Rakyat kecil tak bisa ngalah melulu
Usahakan selalu menanjak kedudukanmu
Usahakan kenal satu menteri
dan usahakan jadi sekiranya
Sambil jadi selir menteri
tetaplah jadi selir lelaki yang lama
Kalau ia menolak kau rangkap
sebagaimana ia telah merangkapmu dengan isterinya
itu berarti ia tak tahu diri
Lalu depak saja dia
Jangan kecil hati lantaran kurang pendidikan
asal kau bernafsu dan susumu tetap baik bentuknya
Ini selalu menarik seorang menteri
Ngomongmu ngawur tak jadi apa
asal bersemangat, tegas, dan penuh keyakinan
Kerna begitulah cermin seorang menteri
Akhirnya aku berharap untuk anakmu nanti
Siang malam jagalah ia
Kemungkinan besar dia lelaki
Ajarlah berkelahi
dan jangan boleh ragu-ragu memukul dari belakang
Jangan boleh menilai orang dari wataknya
Sebab hanya ada dua nilai: kawan atau lawan
Kawan bisa baik sementara
Sedang lawan selamanya jahat nilainya
Ia harus diganyang sampai sirna
Inilah hakikat ilmu selamat
Ajarlah anakmu mencapai kedudukan tinggi
Jangan boleh ia nanti jadi propesor atau guru
itu celaka, uangnya tak ada
Kalau bisa ia nanti jadi polisi atau tentara
supaya tak usah beli beras
kerna dapat dari negara
Dan dengan pakaian seragam
dinas atau tak dinas
haknya selalu utama
Bila ia nanti fasih merayu seperti kamu
dan wataknya licik seperti saya–nah!
Ini kombinasi sempurna
Artinya ia berbakat masuk politik
Siapa tahu ia bakal jadi anggota parlemen
Atau bahkan jadi menteri
Paling tidak hidupnya bakal sukses di Jakarta.
kini aku makin ngerti keadaanmu
Tak ‘kan lagi aku membujukmu
untuk nikah padaku
dan lari dari lelaki yang miaramu
Nasibmu sudah lumayan
Dari babu dari selir kepala jawatan
Apalagi?
Nikah padaku merusak keberuntungan
Masa depanku terang repot
Sebagai copet nasibku untung-untungan
Ini bukan ngesah
Tapi aku memang bukan bapak yang baik
untuk bayi yang lagi kau kandung
Cintamu padaku tak pernah kusangsikan
Tapi cinta cuma nomor dua
Nomor satu carilah keslametan
Hati kita mesti ikhlas
berjuang untuk masa depan anakmu
Janganlah tangguh-tangguh menipu lelakimu
Kuraslah hartanya
Supaya hidupmu nanti sentosa
Sebagai kepala jawatan lelakimu normal
suka disogok dan suka korupsi
Bila ia ganti kau tipu
itu sudah jamaknya
Maling menipu maling itu biasa
Lagi pula
di masyarakat maling kehormatan cuma gincu
Yang utama kelicinan
Nomor dua keberanian
Nomor tiga keuletan
Nomor empat ketegasan, biarpun dalam berdusta
Inilah ilmu hidup masyarakat maling
Jadi janganlah ragu-ragu
Rakyat kecil tak bisa ngalah melulu
Usahakan selalu menanjak kedudukanmu
Usahakan kenal satu menteri
dan usahakan jadi sekiranya
Sambil jadi selir menteri
tetaplah jadi selir lelaki yang lama
Kalau ia menolak kau rangkap
sebagaimana ia telah merangkapmu dengan isterinya
itu berarti ia tak tahu diri
Lalu depak saja dia
Jangan kecil hati lantaran kurang pendidikan
asal kau bernafsu dan susumu tetap baik bentuknya
Ini selalu menarik seorang menteri
Ngomongmu ngawur tak jadi apa
asal bersemangat, tegas, dan penuh keyakinan
Kerna begitulah cermin seorang menteri
Akhirnya aku berharap untuk anakmu nanti
Siang malam jagalah ia
Kemungkinan besar dia lelaki
Ajarlah berkelahi
dan jangan boleh ragu-ragu memukul dari belakang
Jangan boleh menilai orang dari wataknya
Sebab hanya ada dua nilai: kawan atau lawan
Kawan bisa baik sementara
Sedang lawan selamanya jahat nilainya
Ia harus diganyang sampai sirna
Inilah hakikat ilmu selamat
Ajarlah anakmu mencapai kedudukan tinggi
Jangan boleh ia nanti jadi propesor atau guru
itu celaka, uangnya tak ada
Kalau bisa ia nanti jadi polisi atau tentara
supaya tak usah beli beras
kerna dapat dari negara
Dan dengan pakaian seragam
dinas atau tak dinas
haknya selalu utama
Bila ia nanti fasih merayu seperti kamu
dan wataknya licik seperti saya–nah!
Ini kombinasi sempurna
Artinya ia berbakat masuk politik
Siapa tahu ia bakal jadi anggota parlemen
Atau bahkan jadi menteri
Paling tidak hidupnya bakal sukses di Jakarta.
Temukan kumpulan sajak dari penyair-penyair besar lainnya lengkap dengan biografi hanya di Writer Land.
Komentar
Posting Komentar