Di ana
by MsLoonyanna
"Hi, my name is Marie. Do you need a friend?"
•••
Berawal dari sebuah pesan di Facebook, Diana kemudian menjadi dekat dan bersahabat dengan sesosok gadis dunia maya bernama Marie.
Diana, si gadis bermata biru safir, masih mengingat dengan jelas ketika pesan Marie muncul secara tiba-tiba setelah ia meng-update sebuah status yang penuh kalimat depresi. Menawarkan kenyamanan dalam bentuk pertemanan, tanpa sadar Marie akhirnya menjadi lentera penyemangat dalam kehidupannya. Oh, atau setidaknya itulah yang dirasakan Diana.
Well, kautahu? Diana merupakan seorang anak yatim piatu yang hidup di bawah asuhan paman dan bibinya yang kejam. Di sekolah, kehidupannya pun tak lebih baik. Tak ada yang sudi berteman dengannya hanya karena masa lalu kelam orangtuanya yang merupakan pasangan pengedar narkoba. Ah, mirisnya, mereka justru dijatuhi hukuman mati lantaran bisnis tak sehat itu. Meninggalkan sejuta luka dan kenangan pedih untuk ditanggung seorang diri oleh putri semata wayang mereka, Diana, di usianya yang bahkan baru akan menginjak tujuh belas tahun.
•••
Marie Ann
[Hi, Diana. Kau baik-baik saja?]
Diana
[Kautahu, seperti biasa. Kali ini aku bahkan menemukan beberapa telur busuk di dalam tasku!]
Marie Ann
[Astaga! Mereka sangat keterlaluan!]
Diana
[Aku tahu, tapi aku bisa apa? Jangankan berteman, menatapku saja ... mereka seolah jijik.]
Marie Ann
[Diana?]
Diana
[Ya?]
Marie Ann
[Apa kau ingin memiliki lebih banyak teman?]
Diana
[Tentu saja! Cepat katakan padaku, Marie, bagaimana caranya?]
Marie Ann
[Maaf jika aku membuatmu berekspektasi tinggi, tapi yang kumaksud adalah teman dunia maya, sama sepertiku.]
Diana
[Oh, well, tak apa. Aku akan dengan senang hati berteman dengan siapa pun!]
Marie Ann
[Baiklah, akan kuberitahu. Jadi, aku memiliki sebuah grup berisikan beberapa sahabat dunia maya yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri. Pertanyaannya ... apa kau ingin bergabung?]
Diana
[DEMI TUHAN, MARIE! TENTU AKU MAU! AW! KAU BENAR-BENAR SAHABAT MAYA TERBAIKKU! Btw, jika aku boleh tahu, apa nama grupnya?]
Marie Ann
[Rusuh Fams. I will invite you ASAP! Ah, tapi jangan heran, ya? Grup itu hanya akan aktif setelah pukul dua belas malam.]
Diana
[Mengapa begitu?]
Marie Ann
[Sama sepertiku, mereka selalu ... bekerja hingga larut.]
Diana
[Oh, okay. Aku mengerti.]
Marie Ann
[Glad you did. Anw, good night, Diana.]
Diana
[Good night, Marie, my bestie.]
•••
Beberapa bulan bergabung dengan grup yang diusulkan oleh Marie membuat Diana merasa jauh lebih baik. Meskipun ia harus sedikit mengorbankan jam tidurnya untuk dapat mengobrol dengan para sahabat mayanya yang bahkan kini telah ia anggap seperti keluarga sendiri, but well ... ia tak keberatan sama sekali.
Kehadiran Muha, Refti, Ryouta, Fi, Lin, Aii, Pian, Giz, Arsi, Putra, Aisyah, Min, dan tentu saja Marie benar-benar bisa menjadi pengobat luka hati bagi Diana. Satu-satunya alasan mengapa ia belum menyerah dengan kerasnya hidup yang ia jalani di dunia nyata—tanpa orangtua maupun teman terkasih untuk saling mendukung dan berbagi. Namun, tidak dengan hari itu ketika Diana pulang dengan mata sembab serta pipi yang tampak kotor oleh bekas air mata yang telah mengering.
RUSUH FAMS (14)
Diana
[I can't do this anymore, guys.]
Ryouta
[Apa maksudmu, Diana?]
Diana
[Hari ini mereka benar-benar sangat keterlaluan! Mereka merobek nyaris seluruh pakaianku hanya agar mereka punya bahan lawakan di sekolah. Aku sangat sedih dan malu.]
Giz
[Diana, you know that we will always be there for you, alright? Well, meski kami hanya sahabat dunia mayamu, tapi percayalah, kami benar-benar tulus menyayangimu.]
Muha
[Giz benar, Diana. Kami menyayangimu.]
Diana
[Thank you, guys. It means a lot, really.]
Refti
[Jadi ... apa kau sungguh ingin bertemu dengan kami?]
Diana
[TENTU SAJA!]
Fi
[Kau yakin?]
Lin
[100% yakin?]
Aii
[Because there's no turning back.]
Pian
[She's right. There's no turning back.]
Arsi
[So ... choose wisely.]
Diana
[I'M 100% POSITIVE. PLEASE, JUST TELL ME! I WANT TO MEET YOU SO BADLY, GUYS!]
Putra
[Okay, kau akan bertemu kami segera.]
Aisyah
[Ikuti arahan kami. Mengerti?]
Diana
[Aku mengerti.]
Min
[Berjalanlah ke arah jendela.]
Diana
[I'm doing it.]
Marie
[Now ... JUMP. You will meet us soon and we will be best friends. Forever.]
BUK!
Marie
[Maafkan kami, Diana. Kautahu, kami hanya ingin menghilangkan segala lukamu. You're one of us now.]
.
•••
.
Nyaris pukul satu malam, tapi Olivia, gadis cantik berambut pirang itu masih terjaga. Lagi-lagi ia mengalami hari yang buruk di sekolah. Selalu seperti itu, hampir setiap hari.
Wajahnya yang pucat tampak semakin pias tersorot oleh layar ponsel. Ia tak memiliki teman untuk berbagi suka dan duka. Oleh karena itu ia hanya akan selalu melampiaskan kesedihannya melalui media sosial, sama seperti saat ini.
'I hate my life. Does anybody care if I end it? I guess ... nope.'
Sedetik setelah status itu berhasil terkirim ke media sosial, Olivia kontan terkejut ketika ia tiba-tiba mendapat sebuah pesan misterius di akun miliknya.
"Hi, my name is Diana. Do you need a friend?"
-THE END-
Mks, 20 Desember 2018
Temukan cerpen menarik lainnya hanya di Writer Land. Semoga terhibur dan terima kasih.
Komentar
Posting Komentar